"Tahukah Ayah dan Bunda, si Kecil merupakan filsuf natural loh! Sebagai orang tua, kita perlu mengarahkan mereka agar memiliki critical thinking skills dan problem solving skills."
Ketika membaca judul mungkin ayah/bunda akan bertanya-tanya, kenapa anak saya harus menjadi seperti Socrates ataupun Plato? Nah, maksudnya adalah mendidik anak agar memiliki pemikiran yang kritis seperti seorang filsuf. Tapi, bukannya belajar filsafat itu sulit, apalagi bagi anak-anak? Sebagai orang tua ayah/bunda pasti pernah mendengar anak-anak bertanya seperti ini:
“Ma, kenapa aku nggak boleh buang sampah sembarangan?”
“Pa, kenapa langit warnanya biru?”
“Kenapa orang-orang suka banget main sepakbola ?”
dan pertanyaan-pertanyaan lainnya.
Anak-anak sejatinya merupakan pemikir alami. Ayah bunda juga pasti pernah melewati fase bertanya-tanya pada orang tua ketika masih kecil kan? Jangan pernah berpikir kalau anak-anak adalah pemikir yang biasa saja. Karena sering kali pemikiran anak bisa membuat ayah bunda terkejut dengan pemikiran mereka yang kritis dan tidak terpikirkan.
Meskipun pemikiran filosofis awal anak-anak mencerminkan kepolosan mereka dalam dunia nyata. Di satu sisi hal ini menunjukkan mereka sangat terbuka untuk membayangkan berbagai solusi inovatif dari berbagai masalah. Sedangkan bagi para orang dewasa yang tahu tentang apa yang nyata dan tidak, mereka hanya memiliki lebih sedikit imajinasi tentang berbagai kemungkinan dibanding anak-anak. Bagi anak-anak, filsafat adalah usaha yang sangat imajinatif, menyenangkan, dan sangat terbuka terhadap ide-ide baru.
Jawabannya tentu sangat diperlukan, karena belajar filsafat memberikan banyak manfaat, seperti :
Dengan berpikir filosofis, secara tidak langsung telah mendorong kita untuk berpikir kritis. Alasannya karena dengan filsafat, kita bisa berpikir out-of the box dan melihat sesuatu secara keseluruhan. Pemikiran kritis juga dapat memancing anak-anak untuk mencari pemecahan masalah yang terjadi.
Melalui filsafat, si Kecil akan terbiasa berpikir kreatif dalam mencari kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Kreativitas tinggi sangat diperlukan bagi anak seusianya bahkan hingga dewasa nanti.
Menurut para ahli, mengembangkan pemikiran filosofis mampu meningkatkan nilai akademis anak karena membuat mereka tidak hanya menyerap ilmu yang diajarkan, namun juga memproses ilmu tersebut dengan pemikiran filosofis si Kecil.
Jika kita dapat memahami mereka tanpa menganggap mereka sebelah mata sebagai ‘hanya anak-anak’, kita dapat mendorong perspektif dan memperdalam hubungan kita dengan anak-anak karena dilandasi rasa saling mengerti pola pikir satu sama lainnya.